NASIONAL
Panglima Diganti, CSIS: Gatot Nurmantyo Sulit Jaga Elektabilitas
Rabu , 06 Desember 2017 WIB | Dibaca : 808

LINTASINDONESIA.COM, -- Jakarta - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan tidak mudah bagi Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk bisa bertarung dalam pemilihan presiden 2019. Menurut Arya, Gatot akan kesulitan menjaga elektabilitasnya, terutama setelah ia pensiun sebagai Panglima TNI.
Arya menjelaskan, kekuatan utama Gatot selama ini dalam menarik perhatian publik adalah jabatannya sebagai panglima. Tetapi saat menjadi panglima seperti saat ini saja, elektabilitas Gatot masih ada di bawah 5 persen.
–– ADVERTISEMENT ––
Survei CSIS pada September lalu menunjukkan elektabilitas Gatot ada di kisaran 1,8 persen. Jumlah ini naik dari tahun lalu yang hanya 0 persen. "Saya kira memang tidak mudah bagi Gatot Nurmantyo untuk mendapatkan perhatian publik setelah tak lagi menjadi panglima, soalnya ia kehilangan panggung setelah pensiun. Tantangan Gatot mendapatkan tiket pencalonan juga masih sulit," kata Arya saat dihubungi, Selasa, 5 Desember 2017.
Presiden Joko Widodo mengirimkan surat permohonan persetujuan pemberhentian dengan hormat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI. Surat tersebut diserahkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, Senin 4 Desember 2017.
Arya menjelaskan, saat ini Gatot diuntungkan karena posisinya sebagai panglima TNI. Namun bila ia pensiun, ia akan butuh usaha yang sangat keras agar bisa mendapatkan perhatian publik. Menurut Arya, bila Gatot benar-benar berminat maju dalam Pilpres 2019, maka ia pasti akan melakukan upaya keras itu.
Namun, Arya mengaku belum bisa mengetahui langkah tepat apa yang harus dilakukan oleh Gatot agar bisa bersaing di Pilpres 2019. Sosok Gatot saat ini dikenal dekat dengan sejumlah tokoh Islam. Namun, kata Arya, hal itu belum tentu bisa menjadi pegangan lantaran karakter pemilih muslim yang sangat longgar.
Pemilih muslim di Indonesia, kata Arya, tersebar ke banyak partai dan tidak dominan ke salah satu partai atau kandidat calon presiden. "Jadi bila Gatot Nurmantyo menggarap pemilih muslim secara masif harus menyadari bahwa pemilih muslim akan fleksibel dalam memilih, karena akan banyak juga yang akan memilih Presiden Joko Widodo," tutur Arya.
Arya menjelaskan, kekuatan utama Gatot selama ini dalam menarik perhatian publik adalah jabatannya sebagai panglima. Tetapi saat menjadi panglima seperti saat ini saja, elektabilitas Gatot masih ada di bawah 5 persen.
–– ADVERTISEMENT ––
Survei CSIS pada September lalu menunjukkan elektabilitas Gatot ada di kisaran 1,8 persen. Jumlah ini naik dari tahun lalu yang hanya 0 persen. "Saya kira memang tidak mudah bagi Gatot Nurmantyo untuk mendapatkan perhatian publik setelah tak lagi menjadi panglima, soalnya ia kehilangan panggung setelah pensiun. Tantangan Gatot mendapatkan tiket pencalonan juga masih sulit," kata Arya saat dihubungi, Selasa, 5 Desember 2017.
Presiden Joko Widodo mengirimkan surat permohonan persetujuan pemberhentian dengan hormat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI. Surat tersebut diserahkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, Senin 4 Desember 2017.
Arya menjelaskan, saat ini Gatot diuntungkan karena posisinya sebagai panglima TNI. Namun bila ia pensiun, ia akan butuh usaha yang sangat keras agar bisa mendapatkan perhatian publik. Menurut Arya, bila Gatot benar-benar berminat maju dalam Pilpres 2019, maka ia pasti akan melakukan upaya keras itu.
Namun, Arya mengaku belum bisa mengetahui langkah tepat apa yang harus dilakukan oleh Gatot agar bisa bersaing di Pilpres 2019. Sosok Gatot saat ini dikenal dekat dengan sejumlah tokoh Islam. Namun, kata Arya, hal itu belum tentu bisa menjadi pegangan lantaran karakter pemilih muslim yang sangat longgar.
Pemilih muslim di Indonesia, kata Arya, tersebar ke banyak partai dan tidak dominan ke salah satu partai atau kandidat calon presiden. "Jadi bila Gatot Nurmantyo menggarap pemilih muslim secara masif harus menyadari bahwa pemilih muslim akan fleksibel dalam memilih, karena akan banyak juga yang akan memilih Presiden Joko Widodo," tutur Arya.
Artikel Terkait
-
Selasa | 15 Agustus 2017 | 14:13:59 WIB
Kapolri Siap Lawan Segala Gerakan Radikal Dan Intoleran
-
Selasa | 15 Agustus 2017 | 14:06:03 WIB
Jika SBY Bertemu Megawati, Apa Manfaatnya untuk Jokowi?
-
Selasa | 15 Agustus 2017 | 14:03:54 WIB
Ahmad Heryawan Mengklaim Penyerapan Anggaran Jawa Barat Sesuai Jadwal
-
Selasa | 15 Agustus 2017 | 14:02:27 WIB
Dedi Mizwar: Saya Tidak Anti Investasi!
Terpopuler
- 01
Rabu | 11 Oktober 2017 | 13:28:01HUKUM
Basaria: Jangan Paksa KPK Keluarkan Sprindik Baru Untuk Setya Novanto
- 02
Selasa | 15 Agustus 2017 | 14:13:59NASIONAL
Kapolri Siap Lawan Segala Gerakan Radikal Dan Intoleran
- 03
Selasa | 22 Agustus 2017 | 11:37:28NASIONAL
Kapolri : Orangtua Penghina Jokowi Anggota Ormas yang Akan Dibubarkan
- 04
- 05